Rabu, 21 September 2011

Tidak (sedang) mencari pasangan


Kata seorang teman : "Lengkapi hidup lo dengan menikah."
Dia adalah sahabat lama gw, yang sudah memiliki anak-anak dari suami yang baik.


Perkataan yang sedikit tertancap di benak gw. Sedikit, tidak banyak.

Dan 'sedikit' itu bukan sesuatu yang membuat gw gelisah atau takut. Bukan juga rasa kekhawatiran karena di umur gw yang menjelang 30 tahun, gw belum juga menemukan seorang lelaki untuk menjadi "suami". Tapi, ‘sedikit’ itu adalah rasa heran. Kenapa ada persepsi seperti itu? Apakah definisi ‘lengkap’ dalam kehidupan itu adalah berarti memiliki suami dan anak-anak?

Menurut gw, tidak.

Turut berbahagia untuk sekian banyak pasangan yang menemukan keutuhan dirinya dalam bahtera rumahtangga. Tapi berhentilah memagari arti sebuah kebahagiaan. Berhentilah mengajarkan seseorang tentang sebuah ‘arti’ menurut kacamata Anda sendiri.

Karena bagi gw, kebahagiaan adalah saat dimana gw menjalani pilihan tanpa paksaan. Dan gw tidak akan mempengaruhi siapapun untuk mengikuti pengertian gw. Bahkan tidak juga meminta untuk sekedar dimengerti.

Dan pilihan gw saat ini adalah, membebastugaskan ‘hati’. Dari sebuah rasa bernama ‘cinta’.

Berpuluh-puluh kali gw menjalani hubungan bernama pacaran. Hm, Oke. 31 kali berpacaran. Bukan pamer. Gw yakin banyak orang yang berpacaran melebihi gw. Tapi cinta memang butuh perjalanan. Penjajakan. Ini bukan pembenaran atas sikap tidak setia,, walaupun dulu gw memang belum mengenal apa itu setia.

Berikutnya, tiga kali gagal menikah dengan orang yang berbeda. Sakit? Tentu. Terpuruk? Jelas. Trauma? Tidak.

Beruntung, gw bukan orang yang mudah ‘patah’. Walaupun tidak memungkiri ada kesedihan yang mengisi relung hati, tapi gw selalu memilih untuk cepat bangkit. Karena bagi gw, terlalu banyak hal yang masih bisa gw lakukan dalam hidup.

Lalu, jika saat ini gw bahagia dengan kehidupan gw, lantas kenapa? Apakah itu artinya hidup gw tidak lengkap? Apakah perlu gw jelaskan, bahwa gw tidak (sedang) mencari pasangan?

Gw mencintai kehidupan dengan misterinya. Biarkan Sang Pencipta yang bekerja.

Jakarta, di sela rutinitas kantor yang bising

-beyTobing-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar